LAPORAN
KEPERAWATAN KOMUNITAS
POSYANDU LANSIA
OLEH :
KELOMPOK 2
1. Danang
Sugiarto
2. Deddy
Hadi Kusuma
3. Diah
Andriani
4. Dwi
Indahyani Pamungkas
|
5. Dwi
Putri Octaviani
6. Eka
Julistiani
7. Eko
Cahyono
8. Eko
Indra Permadi
|
PROGRAM
STUDI SARJANA KEPERAWATAN
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN
SATRIA
BHAKTI NGANJUK
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Keadaan
masyarakat Indonesia yang beragam sangat dipengaruhi oleh perkembangan
masyarakat dari usia dini. Pemerintah telah memperhatikan kelangsungan
pekembangan usia dini ini dengan mengoptimalkan berbagai bentuk pengembangan di
usia muda, seperti peningkatan mutu pendidikan, pengembangan pola-pola
intelektual, pola pendidikan moral dan banyak aspek lainnya. Hal ini tentu saja
menggembirakan, meskipun tidak bisa menjadi jaminan bahwa upaya tersebut dapat
meningkatkan kualitas generasi selanjutnya.
Lansia
sering dianggap sebagai golongan yang lemah, tetapi sesungguhnya lansia
memiliki peran yang berarti bagi masyarakat. Lansia memiliki penalaran moral
yang bagus untuk generasi dibawahnya. Lansia memiliki semacam gairah yang
tinggi karena secara alami, manusia akan cenderung memanfaatkan masa-masa
akhirnya secara optimal untuk melakukan pewarisan nilai dan norma. Hal ini
justru mempermudah kita untuk membina moral anak-anak.
Masa
lanjut usia adalah masa dimana individu dapat merasakan kesatuan, integritas,
dan refleksi dari kehidupannya. Jika tidak, ini akan menimbulkan ketimpangan
dan bahkan dapat mengakibatkan patologis, semacam penyakit kejiwaan (Latifah,
2010). Jika ini terjadi maka keadaan masyarakat juga terganggu, dimana lansia
sebagai penguat transformator nilai dan norma berkurang, baik secara kualitas
dan kuantitas. Banyak contoh yang terjadi dimasyarakat kita, dimana lansia
berlaku yang kurang sopan atau bahkan kurang beradab sehingga secara tidak
langsung akan mengganggu ketentraman kehidupan bermasyarakat. Lansia di
Indonesia, menurut Depkomindo 2010, pada tahun 2008 berjumlah 23 juta orang,
sedangkan lansia yang terlantar mencapai 1,7 juta sampai 2 juta orang.
Wujud
dari usaha pemerintah ini adalah dicanangkannya pelayanan bagi lansia melalui
beberapa jenjang yaitu pelayanan kesehatan ditingkat masyarakat adalah Posyandu
Lansia. Pelayanan kesehatan lansia tingkat dasar adalah Puskesmas, dan
pelayanan tingkat lanjutan adalah Rumah Sakit.
Dengan
demikian, posyandu lansia sangat kita perlukan, dimana posyandu lansia ini
dapat membantu lansia sesuai dengan kebutuhannya dan pada lingkungan yang
tepat, sehingga para lansia tidak merasa lagi terabaikan didalam masyarakat.
B.
Tujuan
1. Tujuan
Umum :
Setelah
Posyandu lansia terbentuk, diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan dan
mutu pelayanan usia lanjut sebagai bagian proses deteksi dini dan peningkatan
kesehatan serta pencegahan penyakit lansia agar mencapai masa tua yang bahagia
dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan
keberadaannya dalam strata kemasyarakatan.
2. Tujuan
Khusus
Setelah
Posyandu lansia terbentuk diharapkan dapat :
a. Meningkatkan
kesadaran pada usia lanjut untuk membina kesehatan diri sendiri.
b. Meningkatkan
kemampuan dan peran serta masyarakat dalam menyadari dan menghayati kesehatan
usia lanjut secara optimal.
c. Meningkatkan
jenis dan jangkauan pelayanan kesehatan usia lanjut.
d. Meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan usia lanjut.
C.
Manfaat
Manfaat
dari posyandu lansia adalah pengetahuan lansia menjadi
meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau
motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia sehingga lebih
percaya diri dihari tuanya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian
Posyandu
Lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut disuatu
wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana
mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu lansia merupakan pengembangan
dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang
penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para
lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam
penyelenggaraannya (Erfandi, 2008).
Posyandu
juga merupakan wadah kegiatan berbasis masyarakat untuk bersama-sama menghimpun
seluruh kekuatan dan kemampuan masyarakat untuk melaksanakan, memberikan serta
memperoleh informasi dan pelayanan sesuai kebutuhan dalam upaya peningkatan
status gizi masyarakat secara umum (Henniwati, 2008).
Jadi,
Posyandu lansia merupakan suatu fasilitas pelayanan kesehatan yang berada di
desa-desa yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat khususnya bagi
warga yang sudah berusia lanjut.
B.
Tujuan
Posyandu Lansia
Menurut Erfandi (2008), Tujuan
Posyandu Lansia secara garis besar adalah
1. Meningkatkan
jangkauan pelayanan kesehatan lansia dimasyarakat, sehingga terbentuk pelayanan
kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia.
2. Mendekatkan
pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pelayanan
kesehatan, disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia lanjut.
C.
Manfaat
Posyandu Lansia
Manfaat
dari posyandu lansia adalahpengetahuan lansia menjadi
meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau
motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia sehingga lebih
percaya diri dihari tuanya.
D.
Sasaran
Posyandu Lansia
Sasaran posyandu
lansia adalah :
1. Sasaran
langsung, yaitu kelompok pra usia lanjut (45-59 tahun), kelompok usia lanjut
(60 tahun ke atas), dan kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi (70 tahun ke
atas).
2. Sasaran
tidak langsung, yaitu keluarga dimana lansia berada, organisasi sosial yang
bergerak dalam pembinaan usia lanjut, masyarakat luas (Departemen Kesehatan RI,
2006).
E.
Kegiatan
Posyandu Lansia
Bentuk
pelayanan pada posyandu lansia meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan mental
emosional, yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk
mengetahui lebih awal penyakit yang diderita atau ancaman masalah kesehatan
yang dialami. Beberapa kegiatan pada posyandu lansia adalah :
1. Pemeriksaan
status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan
dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT).
2. Pengukuran
tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama satu menit.
3. Pemeriksaan
adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula (diabetes
melitus).
4. Pemeriksaan
adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit ginjal.
5. Pelaksanaan
rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan pada
pemeriksaan butir-butir diatas.
6. Penyuluhan
Kesehatan, biasa dilakukan didalam atau diluar kelompok dalam rangka kunjungan
rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah kesehatan yang
dihadapi oleh individu dan kelompok usia lanjut.
Selain itu banyak juga posyandu lansia
yang mengadakan kegiatan tambahan seperti senam lansia, pengajian, membuat
kerajinan ataupun kegiatan silahturahmi antar lansia. Kegiatan seperti ini
tergantung dari kreasi kader posyandu yang bertujuan untuk membuat lansia
beraktivitas kembali dan berdisiplin diri.
F.
Mekanisme
Pelayanan Posyandu Lansia
Mekanisme
pelayanan Posyandu Lansia tentu saja berbeda dengan posyandu balita pada
umumnya. Mekanisme pelayanan ini tergantung pada mekanisme dan kebijakan
pelayanan kesehatan di suatu wilayah penyelenggara. Ada yang menyelenggarakan
posyandu lansia ini dengan sistem 5 meja seperti posyandu balita, ada pula yang
hanya 3 meja.
1. Meja
I : Pendaftaran
Mendaftarkan
lansia, kemudian kader mencatat lansia tersebut. Lansia yang sudah terdaftar di buku register
langsung menuju meja selanjutnya.
2. Meja
II :
Kader
melakukan pengukuran tinggi badan, berat badan dan tekanan darah
3. Meja
III : Pencatatan (Pengisian
Kartu Menuju Sehat)
Kader
melakukan pencatatan di KMS lansia meliputi : Indeks Massa Tubuh, tekanan
darah, berat badan, tinggi badan.
4. Meja
IV : Penyuluhan
Penyuluhan
kesehatan perorangan berdasarkan KMS dan pemberian makanan tambahan.
5. Meja
V : Pelayanan medis
Pelayanan
oleh tenaga professional yaitu petugas dari Puskesmas/kesehatan meliputi
kegiatan : pemeriksaan dan pengobatan ringan.
G.
Masalah
Kesehatan pada Lansia
Masalah
kesehatan pada lansia tentu saja berbeda dengan jenjang umur yang lain karena
penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul
akibat penyakit dan proses menua yaitu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti sel
serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Dr.
Purma Siburian Sp PD, pemerhati masalah kesehatan pada lansia menyatakan bahwa
ada 14 yang menjadi masalah kesehatan pada lansia, yaitu :
1. Immobility
(kurang bergerak), dimana meliputi gangguan fisik, jiwa dan faktor lingkungan
sehingga dapat menyebabkan lansia kurang bergerak. Keadaan ini dapat disebabkan
oleh gangguan tulang, sendi dan otot, gangguan saraf dan penyakit jantung.
2. Instability
(tidak stabil/ mudah jatuh), dapat disebabkan oleh faktor intrinsik (yang
berkaitan dengan tubuh penderita), baik karena proses menua, penyakit maupun
ekstrinsik (yang berasal dari luar tubuh) seperti obat-obatan tertentu dan faktor
lingkungan. Akibatnya akan timbul rasa sakit, cedera, patah tulang yang akan
membatasi pergerakan. Keadaan ini akan menyebabkan gangguan psikologik berupa
hilangnya harga diri dan perasaan takut akan terjadi.
3. Incontinence
(buang air) yaitu keluarnya air seni tanpa disadari dan frekuensinya sering.
Meskipun keadaan ini normal pada lansia tetapi sebenarnya tidak dikehendaki
oleh lansia dan keluarganya. Hal ini akan membuat lansia mengurangi minum untuk
mengurangi keluhan tersebut, sehingga dapat menyebabkan kekurangan cairan.
4. Intellectual
Impairment (gangguan intelektual/ dementia), merupakan kumpulan gejala klinik
yang meliputi gangguan fungsi intelektual dan ingatan yang cukup berat sehingga
menyebabkan terganggunya aktivitas kehidupan sehari-hari.
5. Infection
(infeksi), merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada lansia,
karena sering didapati juga dengan gejala tidak khas bahkan asimtomatik yang
menyebabkan keterlambatan diagnosis dan pengobatan.
6. Impairment
of vision and hearing, taste, smell, communication, convalencence, skin
integrity (gangguan panca indera, komunikasi, penyembuhan dan kulit), merupakan
akibat dari proses menua dimana semua panca indera berkurang fungsinya,
demikian juga pada otak, saraf dan otot-otot yang dipergunakan untuk berbicara,
sedangkan kulit menjadi lebih kering, rapuh dan
mudah rusak dengan trauma yang minimal.
7. Impaction
(konstipasi=sulit buang air besar), sebagai akibat dari kurangnya gerakan,
makanan yang kurang mengandung serat, kurang minum, dan lainnya.
8. Isolation
(depresi), akibat perubahan sosial, bertambahnya penyakit dan berkurangnya
kemandirian sosial. Pada lansia, depresi yang muncul adalah depresi yang
terselubung, dimana yang menonjol hanya gangguan fisik saja seperti sakit
kepala, jantung berdebar-debar, nyeri pinggang, gangguan pecernaan, dan
lain-lain.
9. Inanition
(kurang gizi), dapat disebabkan karena perubahan lingkungan maupun kondisi
kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa ketidaktahuan untuk memilih makanan
yang bergizi, isolasi sosial (terasing dari masyarakat), terutama karena
kemiskinan, gangguan panca indera; sedangkan faktor kesehatan berupa penyakit
fisik, mental, gangguan tidur, obat-obatan, dan lainnya.
10. Impecunity
(tidak punya uang), semakin bertambahnya usia, maka kemampuan tubuh untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan akan semaki berkurang, sehingga jika tidak dapat
bekerja maka tidak akan mempunyai penghasilan.
11. Iatrogenesis
(penyakit akibat obat-obatan), sering dijumpai pada lansia yang mempunyai
riwayat penyakit dan membutuhkan pengobatan dalam waktu yang lama, jika tanpa
pengawasan dokter maka akan menyebabkan timbulnya penyakit akibat obat-obatan.
12. Insomnia
(gangguan tidur), sering dilaporkan oleh lansia, dimana mereka mengalami sulit
untukmasuk dalam proses tidur, tidur tidak nyenyak dan mudah terbangun, tidur
dengan banyak mimpi, jika terbangun susah tidur kembali, terbangun didini
hari-lesu setelah bangun di pagi hari.
13. Immune
deficiency (daya tahan tubuh menurun), merupakan salah satu akibat dari prose
menua, meskipun terkadang dapat pula sebagai akibat dari penyakit menahun,
kurang gizi dan lainnya.
14. Impotence
(impotensi), merupakan ketidakmampuan untuk mencapai dan atau mempertahankan
ereksi yang cukup untuk melakukan senggama yang memuaskan yang terjadi paling
sedikit 3 (tiga) bulan. Hal ini disebabkan karena terjadi hambatan aliran darah
ke dalam alat kelamin sebagai adanya kekakuan pada dinding pembuluh darah, baik
karena proses menua atau penyakit.
Data penyakit lansia di Indonesia
(umumnya pada lansia berusia lebih dari 55 tahun) adalah sebagai berikut:
1. Penyakit
Cardiovascular
2. Penyakit
otot dan persendian
3. Bronchitis,
asma dan penyakit respirasi lainnya
4. Penyakit
pada mulut, gigi dan saluran cerna
5. Penyakit
syaraf
6. Infeksi
kulit
7. Malaria
8. Lain-lain
(Anonim, 2008)
H.
Kader
Posyandu
Kader
posyandu, menurut Departemen Kesehatan RI (2006) adalah seseorang atau tim
sebagai pelaksana posyandu yang berasal dari dan dipilih oleh masyarakat
setempat yang memenuhi ketentuan dan diberikan tugas serta tanggung jawab untuk
pelaksanakan, pemantauan, dan memfasilitasi kegiatan lainnya (Henniwati, 2008).
I.
Penilaian
Keberhasilam Upaya Pembinaan Lansia melalui Posyandu Lansia
Menurut
Henniwati (2008), penilaian keberhasilan pembinaan lansia melalui kegiatan
pelayanan kesehatan di posyandu, dilakukan dengan menggunakan data pencatatan,
pelaporan, pengamatan khusus dan penelitian. Keberhasilan tersebut dapat
dilihat dari :
1. Meningkatnya
sosialisasi masyarakat lansia dengan berkembangnya jumlah orang masyarakat
lansia dengan berbagai aktivitas pengembangannya
2. Berkembangnya
jumlah lembaga pemerintah atau swasta yang memberikan pelayanan kesehatan bagi
lansia
3. Berkembangnya
jenis pelayanan konseling pada lembaga
4. Berkembangnya
jangkauan pelayanan kesehatan bagi lansia
5. Penurunan
daya kesakitan dan kematian akibat penyakit pada lansia
J.
Permasalahan
pada Posyandu Lansia
Kendala yang dihadapi
dalam penyelenggaraan posyandu lansia, antara lain:
1. Umumnya
lansia tidak mengetahui keberadaan dan manfaat dari posyandu lansia.
2. Jarak rumah
dengan lokasi posyandu lansia jauh atau sulit dijangkau. Jarak posyandu yang
dekat akan membuat lansia mudah menjangkau posyandu tanpa harus mengalami
kelelahan atau kecelakaan fisik karena penurunan daya tahan atau kekuatan fisik
tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi posyandu ini berhubungan dengan faktor
keamanan atau keselamatan bagi lansia.
3. Kurangnya
dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan lansia untuk datang ke
posyandu lansia. Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau
kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa
menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri untuk
mendampingi atau mengantar lansia ke posyandu, mengingatkan lansia jika lupa
jadwal posyandu, dan berusaha membantu mengatasi segala permasalahan bersama
lansia.
Keluarga,
bagi lansia merupakan sumber kepuasan. Data yang diambil oleh Henniwati (2008)
terhadap lansia berusia 50, 60 dan 70 tahun di Kelurahan Jambangan, menyatakan
mereka ingin tinggal ditengah-tengah keluarga. Mereka tidak ingin tinggal di
Panti Werdha. Para lansia merasa bahwa kehidupan mereka sudah lengkap, yaitu
sebagai orang tua dan juga sebagai kakek dan nenek, akan tetapi keluarga juga
dapat menjadi frustasi bagi lansia. Hal ini terjadi jika ada hambatan
komunikasi antara lansia dengan anak atau cucu, dimana perbedaan faktor
generasi memegang peranan.
Ada juga
lansia yang mempunyai kemandirian yang tinggi untuk hidup sendiri karena
keinginan untuk hidup tanpa merepotkan orang lain.
4. Sikap
yang kurang baik terhadap petugas posyandu. Penilaian
pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas merupakan dasar atas kesiapan
atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan sikap yang baik
tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti kegiatan yang
diadakan di posyandu lansia. Hal ini dapat dipahami karena sikap seseorang
adalah suatu cermin kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek. Kesiapan
merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara-cara tertentu
apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya suatu
respons.
5. Kader
Posyandu Lansia. Wahyuna (2008) melakukan penelitian kader di Posyandu Lansia
wilayah kerja Puskesmas Ngawi. Kader-kader tersebut hanya bertugas mencatat dan
mengurusi masalah konsumsi saja, selain itu kader juga bekerja tergantung
perintah petugas kesehatan tanpa ada pelatihan lebih lanjut sehingga peran
kader dalam kegiatan tersebut belum optimal.
Kader
juga harus mampu berkomunikasi dengan efektif, baik dengan individu atau
kelompok maupun masyarakat, kader juga harus dapat membina kerjasama dengan
semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan posyandu, serta untuk memantau
pertumbuhan dan perkembangan lansia pada hari buka posyandu yaitu pendaftaran,
penimbangan, pencatatn/ pengisian KRS, penyuluhan dan pelayanan kesehatan
sesuai kewenangannya dan pemberian PMT, serta dapat melakukan rujukan jika
diperlukan (Departemen Kesehatan RI, 2006).
Untuk
meningkatkan citra diri kader, maka harus dipehatikan dalam hal sebagai berikut:
a. Meningkatkan
kualitas diri sebagai seorang yang dianggap masyarakat, yang dapat memberi
informasi terkini tentang kesehatan
b. Melengkapi
diri dengan keterampilan yang memadai dalam pelayanan di Posyandu
c. Membuat
kesam pertama yang baik dan memperhatikan citra yang positif
d. Menetapkan
dan memutuskan perhatian secara cermat pada kebutuhan masyarakat
e. Menampilkan
diri sebagai bagian dari anggota masyarakat itu sendiri
f. Mendorong
keinginan masyarakat untuk datang ke Posyandu
(Departemen
Kesehatan RI, 2006)
SATUAN ACARA KELOMPOK
A.
Pengertian
Posyandu
lansia merupakan suatu fasilitas pelayanan kesehatan yang berada di desa-desa
yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat khususnya bagi warga
yang sudah berusia lanjut.
B.
Sasaran
Warga lanjut
usia di RW II desa X dengan usia lebih dari 55 tahun.
K. Waktu
dan Tempat
Waktu : Hari Selasa, 9 Juni 2013
Pukul : 09.00 WIB
Tempat : Balai desa X
L.
Media
dan Peralatan
Media : Leaflet, LCD
Peralatan : Meja, timbangan, alat tulis, midline,
pengukur tinggi badan, KMS
M.
Pengorganisasian
Acara
1. Penanggung
Jawab : Dwi Indahyani Pamungkas
2. Petugas
Meja I : Deddy Hadi
Kusuma
3. Petugas
Meja II : Diah Andriani
4. Petugas
Meja III : Dwi Indahyani Pamungkas
5. Petugas
Meja IV : Dwi Putri Octaviani dan
Eko Cahyono
6. Petugas
Meja V : Eka Julisiani
7. Fasilitator : Deddy Hadi Kusuma
8. Warga : Danang Sugiarto dan
Eko Indra Permadi
|
||||||||||||||
|
|
|||||||||||||
|
|
|
|
Keterangan :
a. Meja
I :
Tempat pendaftaran
b. Meja
II : Pengukuran tinggi badan, berat badan dan tekanan darah
c. Meja
III : Pencatatan (Pengisian
Kartu Menuju Sehat)
d. Meja
IV : Penyuluhan
e. Meja
V : Pelayanan medis
f. Warga
N.
Pelaksanaan
Kegiatan
Pelaksanaan
kegiatan dengan menggunakan system 5 meja yaitu :
1. Meja
I : Pendaftaran
Mendaftarkan
lansia, kemudian kader mencatat lansia tersebut. Lansia yang sudah terdaftar di buku register
langsung menuju meja selanjuutnya.
2. Meja
II :
Kader
melakukan pengukuran tinggi badan, berat badan dan tekanan darah
3. Meja
III : Pencatatan (Pengisian
Kartu Menuju Sehat)
Kader
melakukan pencatatan di KMS lansia meliputi : Indeks Massa Tubuh, tekanan
darah, berat badan, tinggi badan.
4. Meja
IV : Penyuluhan
Penyuluhan
kesehatan perorangan berdasarkan KMS dan pemberian makanan tambahan.
5. Meja
V : Pelayanan medis
Pelayanan
oleh tenaga professional yaitu petugas dari Puskesmas/kesehatan meliputi
kegiatan : pemeriksaan dan pengobatan ringan.
O.
Tugas-Tugas
Kader Posyandu Lansia
1. Tugas-Tugas
Kader
Secara
umum tugas-tugas kader lansia adalah sebagai berikut :
a. Tugas
sebelum hari buka Posyandu (H-Posyandu) yaitu berupa tugas-tugas persiapan oleh
kader agar kegiatan pada hari buka Posyandu berjalan dengan baik.
b. Tugas
pada hari buka Posyandu (H Posyandu) yaitu berupa tugas-tugas untuk
melaksanakan pelayanan 5 meja.
c. Tugas
sesudah hari buka Posyandu (H+Posyandu) yaitu berupa tugas setelah hari
Posyandu.
2. Tugas-Tugas
Kader Pada Pelaksanaan Posyandu Lansia
a. Tugas-tugas
kader Posyandu pada H-atau pada saat persiapan hari Posyandu, meliputi:
1. Menyiapkan
alat dan bahan : timbangan, tensimeter, stetoskop, KMS, alat peraga,
obat-obatan yang dibutuhkan, bahan/materi penyuluhan dan lain-lain.
2. Mengundang
dan menggerakkan masyarakat, yaitu member tahu para lansia untuk dating ke
Posyandu, serta melakukan pendekatan tokoh yang bias membantu memotivasi
masyarakat (lansia) untuk dating ke Posyandu.
3. Menghubungi
kelompok kerja (Pokja) Posyandu yaitu menyampaikan rencana kegiatan kepada
kantor desa dan meminta memastikan apakah petugas sector bias hadir pada hari
buka Posyandu.
4. Melaksanakan
pembagian tugas : menentukan pembagian tugas di antara kader Posyandu baik
untuk persiapan untuk pelaksanaan.
b. Tugas-tugas
kader pada hari buka Posyandu disebut juga dengan tugas pelayanan 5 meja,
meliputi :
1) Meja
I : Pendaftaran
Mendaftarkan
lansia, kemudian kader mencatat lansia tersebut. Lansia yang sudah terdaftar di
buku register langsung menuju meja selanjutnya.
2) Meja
II :
Kader melakukan
pengukuran tinggi badan dan berat badan dan pengukuran tekanan darah.
3) Meja
III : Pencatatan (Pengisian
Kartu Menuju Sehat)
Kader melakukan
pencatatan di KMS lansia meliputi : Indeks Massa Tubuh, tekanan darah, berat
badan dan tinggi badan.
4) Meja
IV : Penyuluhan
Penyuluhan kesehatan perorangan berdasarkan KMS dan
pemberian makanan tambahan.
5) Meja
V : Pelayanan Medis
Pelayanan oleh
tenaga professional yaitu petugas dari Puskesmas/kesehatan meliputi kegiatan :
pemeriksaan dan pengobatan ringan.
c. Tahap
setelah hari buka Posyandu (H+Posyandu)
1) Memindahkan
catatan-catatan pada KMS lansia ke dalam buku register atau buku bantu kader.
2) Melakukan
evaluasi hasil kegiatan dan merencanakana kegiatan hari Posyandu lansia pada
bulan berikutnya.
3) Melakukan
diskusi kelompok (penyuluhan kelompok) bersama lansia (paguyuban lansia)
4) Melakukan
kunjungan rumah untuk penyuluhan perorangan/ sekaligus tindak lanjut untuk
mengajak lansia untuk dating ke Posyandu lansia pada kegiatan bulan berikutnya.
P.
Susunan
Acara
No.
|
Estimasi Waktu
|
Kegiatan
|
1.
|
08.30-09.00
|
Persiapan
|
2.
|
09.00-09.15
|
Pembukaan
acara dan pendaftaran
|
3.
|
09.15-09.30
|
Penimbangan
dan pengisian KMS
|
4.
|
09.30-09.45
|
Penyuluhan
dan pemberian PMT
|
5.
|
09.45-10.00
|
Pemberian
imunisasi dan pemeriksaan kesehatan
|
6.
|
10.00-10.10
|
Penutupan
|
Q.
Proses
Kegiatan
Tahap Persiapan
|
Waktu
|
Kegiatan Mahasiswa
|
Kegiatan Peserta
|
Media, alat dan
Metode
|
Pendahuluan
dan pembukaan
|
10
menit
|
Pembukaan
dengan perkenalan, menjelaskan tujuan diadakannya posyandu lansia
|
Mendengarkan
penjelasan
|
Ceramah
|
Inti
|
45
menit
|
Pengukuran
TB, BB, TD dan nadi lansia, penkes nyeri lansia, pemeriksaan kesehatan
|
Melakukan
kegiatan sesuai instruksi, mendengarkan penjelasan penkes
|
Mendengarkan
penjelasan dan Tanya jawab
|
Penutup
|
10
menit
|
Evaluasi
secara lisan
|
Melakukan
evaluasi
|
Menjawab
pertanyaan
|
R.
Kriterian
Evaluasi
1. Evaluasi
struktur
a. Menyiapkan
pre planning
b. Waktu
pelaksanaan posyandu lansia telah disepakati dan ditetapkan
c. Tempat
dan perlengkapan acara telah dipersiapkan
d. Materi
dan media yang akan digunakan dalam kegiatan posyandu telah dipersiapkan
e. Telah
terbentuk panitia penyelenggaran
f. Surat
undangan telah dibuat
2. Evaluasi
proses
a. Jumlah
peserta sesuai data jumlah lansia di RW II desa X
b. Peserta
aktif mengikuti kelangsungan acara
c. Media
dan alat bantu dapat digunakan secara efektif
d. Acara
dapat berjalan sesuai rencana
3. Evaluasi
hasil
a. Peserta
posyandu lansia mengetahui kondisi kesehatannya dan mampu melakukan usaha untuk
meningkatkan status kesehatannya
b. 50
% jumlah undangan hadir dalam kegiatan posyandu
c. 90
% tidak meninggalkan tempat sebelum acara selesai
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Posyandu
lansia merupakan wadah terpadu untuk para lansia dimasa tuanya karena pada usia
lanjut seperti ini, kondisi para lansia umumnya mempunyai fisik yang relatif
lemah dan kesepian, perlu berkumpul dan saling mengawasi sehingga tidak merasa
kesepian dan terabaikan.
Manfaat
yang dirasakan dengan adanya posyandu lansia ini bukan hanya dirasakan oleh
lansia tetapi juga oleh keluarga dan lingkungan dimana lansia tersebut tinggal.
Posyandu lansia dapat membantu lansia untuk menyesuaikan diri dalam perubahan
fase kehidupannya sehingga menjadi pribadi yang mandiri sesuai dengan
keberadaannya.
Banyak kendala yang
ditemui dalam menggerakkan posyandu lansia tetapi kendala tersebut akan dapat
diatasi dengan kerja sama semua pihak, yaitu pemerintah pusat, daerah, pihak
swasta dan seluruh elemen masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Subijanto,
dkk. (2011). Pembinaan Posyandu Lansia Guna Pelayanan Kesehatan Lansia.
Surakarta : Fakulas Kedokeran Universitas Sebelas Maret. http://posyandulansia.pdf.co.id.
(diungguh 19 Mei 2013, jam 16.20 wib).
Latifah, Nurul. (2010).
Urgensi Posyandu Lansia. http://bataviase.co.id